Oleh Anto Narasoma
LogikaIndonesia.Com – Pementasan teater bertajuk Sultan Mahmud Badaruddin II: Harimau yang Tak Dapat Dijinakkan yang digelar di Taman Budaya Sriwijaya Palembang berhasil menyuguhkan tontonan yang menghibur sekaligus menggugah kesadaran sejarah. Di bawah arahan Vebri Al-Lintani, lakon ini menjadi ruang kolaboratif antara pelajar dan aktor senior, menyatukan semangat edukatif dan artistik dalam satu panggung.
Alur dan Struktur Pementasan
Pementasan dibagi dalam tiga babak utama yang menggambarkan:
– Ketegangan politik dan harga diri Kesultanan Palembang
– Perlawanan terhadap kolonialisme Belanda-Inggris
– Klimaks penangkapan dan pengasingan Sultan ke Ternate
Setiap babak disusun dengan narasi yang kuat, didukung oleh dialog dan gerak tubuh yang ekspresif. Kehadiran pendongeng (Mas Inug dan tim) sebagai pengikat antar adegan memperkuat nuansa tradisi lokal.
Pemeranan dan Kolaborasi
– Dedet Sutrisno sebagai Sultan Mahmud Badaruddin II tampil meyakinkan, meski belum sepenuhnya mencapai karakter puncak, namun mampu berkolaborasi apik dengan Sonop (Tumenggung Lanang Suro) dan Aidil Ihsan (Pangeran Aryo Kesumo).
– Sonop, sebagai aktor kawakan, menjadi poros pengendali suasana, membangun intensitas sejak awal.
– Hermansyah sebagai Jacob Groenholf (Belanda) tampil dengan karakter yang kuat dan dialog yang tajam, memperkuat atmosfer kolonial.
– Para pelajar SMA yang berperan sebagai prajurit menunjukkan keseriusan dan disiplin dalam peran mereka.
Kolaborasi antar pemain, baik senior maupun pelajar, menciptakan harmoni permainan yang solid dan saling mendukung.
Warna Lokal dan Humor
Pementasan ini tak hanya menyuguhkan ketegangan sejarah, tetapi juga menyelipkan humor dan romansa:
– Duo pemancing Cik Nang dan Nang Cik (Khairul Saleh dan Dandi Afrizal) menghadirkan tawa yang menyegarkan.
– Kisah cinta Cek Molek (Saqila SPH) menambah lapisan emosional yang menyentuh, menggambarkan tradisi pingitan dan dilema cinta masa lalu.
Artistik dan Produksi
Pementasan ini didukung oleh tim artistik yang solid:
– Penata gerak: Salwa Pratiwi
– Penata busana: Nurdin MSn & M Rizsky
– Penata rias: Monik & Desti
– Penata musik: Randi, Imansyah, Gusti, Nata, Caca, Syawal, Zayyad
– Penata lampu: Hasan MSn
– Dekorasi panggung: Marta Astra Winata
Produksi dipimpin oleh Fir Azwar, Ali Goik Sekretaris dan isnayanti Bendahara dan didukungan oleh tim administrasi dan publikasi yang rapi.
Kesimpulan
Pementasan ini merupakan contoh keberhasilan teater sebagai medium edukatif dan ekspresif. Meski melibatkan banyak pelajar, kualitas pertunjukan tetap terjaga. Vebri Al-Lintani berhasil menyatukan elemen sejarah, tradisi, dan hiburan dalam satu sajian yang layak diapresiasi.







