Ratu Sima: Simbol Keadilan dari Kerajaan Kalingga

0
15

Oleh: Kemas A. R. Panji

Palembang, LOGIKAINDONESIA.COM – Ratu Sima adalah tokoh legendaris dari abad ke-7 Masehi yang dikenal sebagai pemimpin perempuan yang menjunjung tinggi nilai keadilan. Meskipun berasal dari Sumatera Selatan, kepemimpinannya paling dikenal dalam konteks Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah. Artikel ini mengulas perjalanan sejarah dan moralitas hukum yang diwariskan oleh Ratu Sima, dengan pendekatan historis-kritis terhadap berbagai sumber primer dan sekunder.

Menguak Jejak Perempuan dari Tanah Sumatera

Di tengah langkanya catatan tentang kepemimpinan perempuan dalam sejarah klasik Nusantara, nama Ratu Sima bersinar terang. Beberapa sumber menyebutnya berasal dari Sumatera Selatan, sebuah fakta yang jarang dibahas namun menambah kekayaan sejarah perempuan dalam konteks Indonesia lintas pulau. Ia menjadi ratu setelah wafatnya suaminya, Raja Kartikeyasingha, dan memimpin Kerajaan Kalingga—sebuah kerajaan maritim penting di pesisir utara Jawa Tengah.

Kalingga: Jaringan Dagang dan Warisan Moral

Catatan Dinasti Tang menyebut Kalingga sebagai kerajaan yang makmur dengan hubungan dagang luas hingga ke India dan Tiongkok. Namun, kekayaan bukanlah satu-satunya warisan Ratu Sima. Pemerintahannya dikenang karena ketertiban sosial yang luar biasa dan penegakan hukum yang tak memihak.

Kisah Kantong Emas dan Tegaknya Keadilan

Salah satu kisah paling terkenal—dan menggetarkan—adalah tentang kantong emas yang sengaja diletakkan di tengah jalan sebagai ujian kejujuran. Tak satu pun rakyat berani menyentuhnya. Namun, saat anak Ratu Sima tanpa sengaja menyentuhnya dengan kaki, sang ratu tetap menjatuhkan hukuman. Walau akhirnya diringankan atas desakan para penasihat, keputusan awal itu menjadi penanda bahwa hukum berlaku bagi siapa pun, tanpa kecuali.

Nilai yang Menembus Zaman

Ratu Sima bukan hanya penguasa, tapi juga teladan moral. Ia menunjukkan bahwa hukum bukan sekadar alat kekuasaan, tetapi wujud komitmen terhadap keadilan dan kemanusiaan. Nilai-nilainya tetap relevan hari ini—di era ketika bangsa ini masih berjuang membangun budaya hukum yang adil dan bebas dari privilese.

Penutup: Inspirasi bagi Masa Kini

Dalam geliat sejarah Nusantara, nama Ratu Sima tetap bersinar sebagai simbol keberanian perempuan dan kekuatan hukum yang berlandaskan moralitas. Kepemimpinannya menyadarkan kita bahwa keadilan yang ditegakkan dengan keberanian bisa menjadi fondasi kokoh bagi kemajuan bangsa.

Referensi
– Slamet Muljana. (2006). Sriwijaya. Yogyakarta: LKIS.
– Poesponegoro, M.D., & Notosusanto, N. (1993). Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
– Coedès, G. (1968). The Indianized States of Southeast Asia. Honolulu: East-West Center Press.
– Catatan Dinasti Tang (Tang Shu)
Ik

Email penulis kemasarpanji@radenfatah.ac.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini