Palembang Jadi Panggung Sejarah di Jumpa Museum 2025
LogikaIndoesia.Com – Di tengah riuhnya arus digital dan modernisasi, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) Palembang menjadi saksi bisu sebuah peristiwa bersejarah yang menghidupkan kembali semangat kebangsaan melalui benda kecil bernama prangko. Pameran bertajuk “Para Pendiri Bangsa” resmi dibuka pada Senin, 20 Oktober 2025, sebagai bagian dari rangkaian Jumpa Museum 2025 yang berlangsung selama empat hari hingga 23 Oktober.
Acara pembukaan yang berlangsung khidmat dan penuh makna ini diresmikan oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum Perkumpulan Penggemar Filateli Indonesia (PPFI), Fadli Zon. Hadir pula tokoh-tokoh penting seperti Sultan Palembang Darussalam SMB IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja SH MKn, Gubernur Sumatera Selatan H. Herman Deru, Wali Kota Palembang H. Ratu Dewa, Dirjen Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Dr. Restu Gunawan, serta Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Pandji Tjahjanto.
Prangko sebagai Arsip Perjuangan
Pameran ini menampilkan 80 koleksi prangko yang menggambarkan tokoh-tokoh pendiri bangsa, terdiri dari 79 anggota BPUPK dan satu tokoh dari PPKI. Tak sekadar benda filateli, prangko-prangko ini menjadi jendela sejarah yang membuka kisah perjuangan para tokoh kemerdekaan. Selain itu, pengunjung juga disuguhkan dokumen bersejarah, benda kuno, dan buku-buku lawas tentang Palembang.
Sultan SMB IV menyampaikan apresiasinya terhadap pameran tersebut, menyebutnya sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa para pahlawan. “Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi keluarga kami. Mudah-mudahan pemerintah selalu memperhatikan jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara kita,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya mengenang peran Kesultanan Palembang Darussalam dalam sejarah bangsa. “Kesultanan Palembang Darussalam memiliki andil besar dalam sejarah perjuangan dan peradaban di wilayah ini. Sudah selayaknya kita semua, termasuk negara, menghormati dan melestarikan warisan itu,” tambahnya.
Filateli: Lebih dari Sekadar Koleksi
Dalam kesempatan tersebut, Fadli Zon juga melantik Pengurus Daerah PPFI Sumatera Selatan Masa Bakti 2024–2029. Ia menegaskan bahwa filateli bukan hanya soal mengoleksi prangko, tetapi juga sarana edukasi sejarah dan kebudayaan.
“Melalui prangko kita bisa belajar tentang sejarah, tokoh bangsa, dan perjalanan peradaban. Meskipun kita sudah berada di era digital, seluruh dunia masih memproduksi prangko. Bahkan prangko kini menjadi artefak sejarah yang bernilai tinggi,” kata Fadli Zon.
Sebagai bagian dari peringatan 80 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, ia juga mengumumkan peluncuran 80 desain prangko khusus: 79 bertema kemerdekaan dan satu prangko khusus pendiri PPFI. Ia mengingatkan bahwa prangko pertama di Indonesia diterbitkan pada tahun 1864, menandai awal perjalanan panjang filateli di tanah air.
Museum sebagai Ruang Hidup
Fadli Zon juga menyoroti pentingnya museum sebagai ruang publik yang hidup dan edukatif. Ia mendorong pengembangan tata letak dan narasi yang memikat agar museum mampu menarik pengunjung lintas generasi.
“Indonesia adalah negara mega-diversitas. Budaya adalah fondasi jati diri bangsa. Kita harus menjaganya dan menjadikannya sebagai bagian dari kekuatan ekonomi dan industri kreatif,” tegasnya.
Palembang dipilih sebagai kota pembuka pameran karena nilai sejarahnya yang tinggi. Sungai Musi, yang membelah kota ini, menyimpan jejak peradaban masa lalu. Hal ini ditegaskan melalui peluncuran buku tentang keramik Cina yang ditemukan di dasar sungai tersebut.
Warisan Budaya dan Semangat Pelestarian
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menyebut kegiatan ini sebagai pengingat bahwa Palembang, yang telah berusia 1.342 tahun, memiliki peran penting dalam sejarah bangsa. Ia mengajak masyarakat untuk terus menggelorakan semangat pelestarian budaya.
Wali Kota Palembang H. Ratu Dewa menambahkan bahwa museum kini harus menjadi ruang publik yang terbuka dan kolaboratif. Ia juga mengumumkan tiga Warisan Budaya Takbenda (WBTb) asal Palembang yang ditetapkan sebagai WBTb Indonesia 2025: Aesan Paksangko, Rumah Rakit Palembang, dan Bubur Suro Palembang.
“Penetapan ini adalah bukti nyata komitmen kita menjaga warisan leluhur,” ujarnya. Ia juga menyampaikan bahwa Museum SMB II kini berstatus Museum Tipe A dengan Standar Nasional.
Seni Tradisional dan Target Kunjungan
Jumpa Museum 2025 juga menghadirkan beragam seni tradisional seperti Tanjidor, Seni Dulmuluk, dan Tari Kreasi Sumsel sebagai bentuk pemberdayaan seniman lokal. Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Sulaiman Amin, menyebut bahwa ini adalah kali pertama pameran prangko bertema pendiri bangsa digelar di Indonesia.
“Palembang menjadi kota pembuka. Koleksi prangko ini menampilkan wajah-wajah para pendiri negara lengkap dengan kisah perjuangan mereka,” jelasnya.
Dinas Kebudayaan Kota Palembang menargetkan 30 ribu pengunjung museum hingga akhir tahun. Per Oktober 2025, kunjungan tercatat 12.500 orang dengan pendapatan retribusi Rp58 juta dari target Rp80 juta. Harga tiket museum pun tergolong terjangkau: Rp2.000 untuk anak-anak, Rp5.000 untuk dewasa, dan Rp20.000 untuk wisatawan mancanegara.




