Gelora Semangat Sultan dari Panggung Teater

0
10

Ketika Generasi Z Jatuh Cinta pada Sejarah Palembang

LogikaIndonesia.Com — Di tengah derasnya arus konten digital dan budaya pop yang serba instan, siapa sangka semangat seorang pemimpin masa lalu bisa membakar antusiasme Generasi Z? Di sebuah aula sekolah, pertunjukan teater kolosal tentang perjuangan Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II)—sang “Harimau yang Tak Mudah Dihinakan” baru saja usai. Namun gaungnya belum reda.

Bukan sekadar hiburan, teater ini menjadi medium yang ampuh untuk menghidupkan kembali sejarah Palembang. Para pelajar, khususnya Gen Z dari SMK Negeri 6 Palembang, tak hanya terpukau oleh akting dan tata panggung, tetapi juga tersentuh oleh semangat perjuangan yang mereka rasakan langsung dari panggung.

“Wow! Kalau dari penampilan ini tadi, Pak, benar-benar keren banget, luar biasa banget!” seru seorang siswi berhijab hitam, disambut riuh tepuk tangan dan teriakan “Yeeesss!” dari teman-temannya.

Kostum megah, pencahayaan dramatis, dan narasi yang kuat membuat kisah Sultan melawan penjajah terasa hidup. Bagi para siswa, ini bukan sekadar pelajaran sejarah—ini pengalaman emosional.

Sejarah yang Menembus Batas Generasi

Yang membuat pertunjukan ini istimewa bukan hanya kualitas artistiknya, tetapi kemampuannya menjembatani generasi. Dua siswi yang diwawancarai mengaku bahwa mereka lebih mudah memahami sejarah melalui teater dibandingkan membaca buku.

“Kami sebagai Gen Z itu kan enggak bisa kalau nak [mau] baca, Pak, ya? Tapi dari teater tersebut kami bisa paham dari sejarah Sultan Mahmud Badaruddin tersebut,” ungkap salah satu dari mereka.

Pernyataan ini menggarisbawahi tantangan edukasi sejarah di era digital. Gen Z, yang tumbuh dengan visual dan interaktivitas, membutuhkan pendekatan yang lebih dinamis. Teater menjawab kebutuhan itu—dengan emosi, aksi, dan kedekatan.

Dari Panggung ke Hati: Resonansi yang Menginspirasi

Pertunjukan ini bukan hanya berhasil menyampaikan kisah kepahlawanan Sultan Mahmud Badaruddin II, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas budaya. Tanpa perlu membaca buku tebal, para siswa bisa merasakan semangat, kecerdikan, dan keberanian sang Sultan.

“Kalau kata Gen Z itu, seribu per sepuluh! (1000/10)!” teriak salah satu siswi, disambut gelak tawa dan tepuk tangan gegap gempita.

Optimisme pun berkumandang: “Kami tunggu session berikutnya!”—sebuah harapan agar teater semacam ini terus hadir sebagai jembatan antara masa lalu dan masa kini.

Sejarah yang Tak Pernah Usang

Pertunjukan ini membuktikan satu hal penting: sejarah tidak harus usang. Dengan kreativitas dan medium yang tepat, kisah-kisah luar biasa dari masa lalu bisa kembali berkobar, menginspirasi generasi muda untuk mengenal, mencintai, dan bangga akan Palembang serta bangsa mereka.

Di mata Gen Z, teater bukan hanya seni pertunjukan. Ia adalah ruang belajar, ruang rasa, dan ruang bangkitnya semangat kebangsaan.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini