Rabu dini hari, 3 September 2025, suasana tenang Desa Srijaya Baru, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, mendadak berubah. Empat ekor gajah liar terpantau mendekati kawasan pemukiman, memicu kekhawatiran warga akan potensi konflik antara manusia dan satwa liar.
Anton, salah satu warga yang pertama kali menyadari kehadiran kawanan gajah, segera bertindak. Tanpa membuang waktu, ia menghubungi Kepala Desa Srijaya Baru untuk melaporkan situasi genting tersebut. Respons cepat pun dilakukan oleh sang kepala desa ia segera mengerahkan para pemuda desa, khususnya anggota Karang Taruna, yang selama ini dikenal sigap dalam menghadapi ancaman serupa.
Karang Taruna di Garda Terdepan
Karang Taruna Desa Srijaya Baru bukanlah kelompok pemuda biasa. Mereka telah terbiasa berjaga di malam hari, bersiaga menghadapi kemungkinan masuknya gajah ke wilayah penduduk. Dengan semangat gotong royong dan keberanian yang tak diragukan, meski dengan peralatan seadanya para pemuda ini bergerak cepat menuju lokasi.
Tiga dari empat gajah berhasil dihalau ke arah kawasan PT KEN, menjauh dari pemukiman warga. Namun satu ekor gajah remaja terpisah dari kelompoknya. Meski tergolong muda, gajah ini dikenal cukup agresif dan sulit dikendalikan, menambah ketegangan dalam upaya penghalauan.
Desa Pinggiran yang Siaga
Desa Srijaya Baru adalah desa pinggiran yang berbatasan langsung dengan kawasan industri PT Bumi Andalas Permai. Letaknya yang berdekatan dengan area hutan dan perusahaan membuat desa ini menjadi jalur lintasan alami bagi satwa liar, termasuk gajah. Kondisi geografis ini menjadikan warga Srijaya Baru harus selalu waspada, terutama saat musim migrasi gajah tiba.
Hidup Berdampingan dengan Alam
Kejadian ini bukan yang pertama bagi warga Srijaya Baru. Kawanan gajah kerap melintasi desa dalam perjalanan mencari makanan atau tempat berlindung. Namun, setiap pertemuan antara manusia dan gajah membawa risiko besar—baik bagi keselamatan warga maupun kelestarian satwa.
Upaya warga untuk menjaga jarak dan mengarahkan gajah ke jalur aman menjadi bukti nyata bahwa hidup berdampingan dengan alam membutuhkan kewaspadaan, kerja sama, dan empati.
Suara dari Pemimpin Lokal
Anton Surapto, Kepala Desa Srijaya Baru, menegaskan pentingnya kesiapsiagaan warga dalam menghadapi ancaman satwa liar.
“Sudah sering kali kami menghadapi situasi seperti ini, meski beberapa bulan yang lewat dua warga saya diamuk Gajah, tapi sekali lagi yang perlu ditekankan Gajah bukan musuh, tapi kita harus tahu cara menghadapinya dengan bijak. Koordinasi cepat antara warga, Karang Taruna, dan perangkat desa adalah kunci agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Karang Taruna, Agus Heri Santoso, menyoroti semangat solidaritas pemuda desa.
“Kami tidak punya alat canggih, tapi kami punya tekad dan rasa tanggung jawab terhadap keselamatan warga dan kelestarian alam. Setiap kali gajah mendekat, kami bergerak bukan hanya untuk menghalau, tapi juga untuk memastikan mereka tidak terluka,” kata Rendi.




