PALEMBANG, LogikaIndonesia.Com – Di tengah semangat membangun pendidikan yang inklusif dan bermartabat, SMA Negeri 9 Palembang mendadak menjadi sorotan publik. Beberapa media online menurunkan berita yang menyebut adanya pungutan liar (pungli) sebesar Rp400.000 per bulan kepada orang tua siswa. Namun, pihak sekolah dan komite segera memberikan klarifikasi, membantah keras tuduhan tersebut, dan membuka ruang dialog demi menjaga kepercayaan masyarakat.
Awal Mula Tuduhan: Ketika Informasi Tak Terverifikasi Menjadi Sorotan
Berita yang menyebut adanya pungli di SMAN 9 Palembang menyebar cepat. Dalam narasi yang dibangun, disebutkan bahwa komite sekolah menetapkan pungutan bulanan yang memberatkan orang tua siswa. Namun, saat ditelusuri lebih dalam, tuduhan tersebut tidak memiliki dasar yang kuat.
Kepala Sekolah SMAN 9 Palembang, Hamdani, S.Pd., M.Pd., menyampaikan bahwa informasi tersebut tidak benar dan sangat disayangkan karena tidak melalui proses konfirmasi terlebih dahulu.
“Kami tidak pernah menetapkan pungutan seperti itu. Yang ada adalah sumbangan sukarela, hasil musyawarah antara komite dan orang tua siswa,” ujar Hamdani saat ditemui awak media di ruang kerjanya.
Sumbangan Sukarela: Prinsip Musyawarah dan Keadilan Sosial
Dalam penjelasannya, Hamdani menekankan bahwa sumbangan yang diterima oleh komite sekolah bukanlah pungutan tetap. Jumlahnya tidak ditentukan, melainkan berdasarkan kemampuan masing-masing orang tua. Bahkan, siswa dari keluarga tidak mampu dan siswa afirmasi dibebaskan dari sumbangan.
“Ada yang menyumbang sesuai kemampuan, ada juga yang tidak sama sekali. Kami tidak pernah memaksa. Prinsip kami adalah gotong royong untuk mendukung kegiatan anak-anak,” tambahnya.
Sumbangan tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan pengembangan minat dan bakat siswa, seperti ekstrakurikuler seni, olahraga, sosial, dan organisasi. Dana tersebut dialokasikan untuk membayar honor pelatih, instruktur, dan mendukung partisipasi siswa dalam berbagai kegiatan non-akademik.
Pendidikan yang Menyentuh Jiwa: Eskul sebagai Ruang Ekspresi
Di SMAN 9 Palembang, pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas. Kegiatan ekstrakurikuler menjadi ruang penting bagi siswa untuk menyalurkan potensi, membangun karakter, dan belajar kepemimpinan. Dari OSIS hingga lomba seni dan olahraga, siswa didorong untuk aktif dan kreatif.
“Kami ingin anak-anak punya ruang untuk tumbuh, bukan hanya secara akademik, tapi juga secara sosial dan emosional,” kata Hamdani.
Klarifikasi Terhadap Tuduhan Intimidasi Media
Selain isu pungli, pemberitaan juga menyebut bahwa kepala sekolah menakut-nakuti wartawan yang datang ke sekolah. Tuduhan ini pun dibantah langsung oleh Hamdani.
“Kalau datang dengan niat baik, kami selalu sambut dengan baik. Tapi seharusnya sebelum menulis berita, konfirmasi dulu. Jangan langsung naik,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa selama ini pihak sekolah terbuka terhadap kunjungan media dan siap berdialog kapan saja demi transparansi.
Suara Komite: Jangan Sepihak, Mari Kroscek Fakta
Ketua Komite SMAN 9 Palembang, H. Jamakudin, SH, turut memberikan klarifikasi. Ia menyayangkan pemberitaan sepihak yang tidak melalui proses verifikasi.
“Kami tidak pernah menetapkan nominal sumbangan. Semua berdasarkan musyawarah dan sifatnya sukarela. Banyak wali murid yang tidak membayar, dan itu tidak masalah,” jelas Jamakudin.
Ia menegaskan bahwa dana sumbangan digunakan sepenuhnya untuk kepentingan siswa, bukan untuk kepentingan pribadi atau institusi.
Membangun Kepercayaan Publik: Transparansi sebagai Pilar Pendidikan
Klarifikasi ini menjadi penting di tengah upaya sekolah dan komite membangun transparansi dan kepercayaan publik. Di era digital, di mana informasi menyebar begitu cepat, verifikasi dan etika jurnalistik menjadi kunci agar tidak terjadi kesalahpahaman yang merugikan banyak pihak.
SMAN 9 Palembang menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya soal kurikulum, tetapi juga soal integritas, komunikasi, dan komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
“Kami siap duduk satu meja kapan saja, demi kebaikan bersama,” tutup Hamdani.




