Cat Putih di Tengah Harapan

0
34

Ketika Mural Menantang Vandalisme di Palembang

PALEMBANG,LogikaIndonesia.Com – Di bawah langit sore Palembang yang mulai meredup, panitia lomba mural tengah menyiapkan salah satu titik utama di depan Sekretariat KONI Sumsel. Cat dasar hitam telah diratakan, police line dipasang, dan papan pengumuman berdiri tegak—semua siap menyambut goresan pertama dari para seniman muda. Namun, harapan itu seketika tercoreng. Sekitar pukul 19.00 WIB Jum’at (5/8), cat putih menyelimuti seluruh permukaan, menghapus persiapan yang baru saja rampung.

“Seperti ada pihak yang memang sengaja tidak ingin Palembang tampil indah,” ujar Martha Astra, Ketua Panitia Pelaksana, dengan nada kecewa. “Apakah ini sekadar iseng, hobi, atau benar-benar niat merusak, kita masih bertanya-tanya.”

Insiden ini bukan sekadar gangguan teknis. Ia membuka kembali perdebatan lama: siapa yang berhak atas dinding kota? Apakah ruang publik adalah milik semua, atau justru milik mereka yang berani mengekspresikan diri secara positif?

Mural Sebagai Perlawanan

Meski sempat terguncang, panitia tidak mundur. Lomba mural tetap digelar, melibatkan 18 tim muralis dari berbagai penjuru kota. Mereka akan bertanding di 24 titik strategis, mulai dari Ruko Sari Bundo Simpang Charitas hingga Simpang V DPRD Sumsel, dalam rangkaian acara bertajuk Palembang Belagak—program Wali Kota yang bertujuan mempercantik kota dan menekan aksi vandalisme.

Ketua Dewan Kesenian Palembang, M. Nasir, melihat insiden ini sebagai bukti bahwa ruang ekspresi resmi sangat dibutuhkan. “Kalau dinding kota dibiarkan kosong, ia akan terus jadi sasaran vandalisme. Dengan mural, kita ubah dinding itu menjadi kanvas seni yang membanggakan,” tegasnya.

Senada, Ketua Gen RD, Febri Zulian, menekankan pentingnya ruang kreatif bagi anak muda. “Mereka butuh ruang. Dengan mural, mereka bisa berkarya positif sekaligus ikut mempercantik kota.”

Di Balik Goresan Ada Harapan dan Tanggung Jawab

Lomba mural ini bukan sekadar kompetisi. Ia adalah ajakan terbuka kepada warga Palembang untuk ikut menjaga dan merawat karya seni yang lahir dari semangat kolektif. Hadiah berupa piala, piagam Wali Kota, dan uang pembinaan memang menarik, tetapi nilai sejatinya terletak pada perubahan wajah kota—dari dinding kusam menjadi galeri terbuka.

Pembukaan lomba dijadwalkan pada 6 September pukul 10.00 WIB, dihadiri langsung oleh Wali Kota dan Forkopimda. Goresan simbolis pertama akan menjadi penanda bahwa Palembang tidak tunduk pada vandalisme, melainkan memilih jalan ekspresi, edukasi, dan estetika.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini