Anugerah Seni Batanghari Sembilan 2025

0
12

Dari Panggung Kota ke Dataran Tinggi Menyapa Seniman Sumatera Selatan

Palembang, LogikaIndonesia.Com – Di tengah riuh modernisasi dan derasnya arus budaya global, Sumatera Selatan kembali meneguhkan jati dirinya lewat denyut seni yang tak pernah padam. Tahun ini, Anugerah Seni Batanghari Sembilan 2025 hadir bukan sekadar sebagai seremoni tahunan, tetapi sebagai panggilan nurani untuk menghormati mereka yang menjaga nyala budaya dari panggung kota hingga sudut kampung.

Bagi para seniman, penghargaan ini bukan sekadar trofi atau gelar. Ia adalah pengakuan atas perjalanan panjang mereka bekarya dan mengabdi.
dari pentas ke pentas, dari goresan ke goresan, dari suara serak penembang dan pemitik gitar irama Batanghari Sembilan, hingga langkah penari yang menjaga gerak leluhur. Dari maestro tari tradisional di pelosok desa, pelukis pemahat kayu dan batu yang setia pada warisan leluhur, hingga seniman muda kontemporer yang mengawinkan tradisi dan modernitas semua mendapat tempat dalam perayaan ini.

Panggilan Terbuka Daftarkan atau Rekomendasikan

Panitia membuka ruang partisipasi publik. Masyarakat Sumatera Selatan dapat mendaftarkan diri atau merekomendasikan seniman yang layak diapresiasi melalui formulir daring hingga 21 Oktober 2025.

Namun, di balik semangat keterbukaan ini, muncul pertanyaan yang menggugah:
“Mengapa untuk mendapatkan penghargaan seni harus mendaftar melalui Google Form? Bagaimana dengan para seniman tradisional di pelosok yang bahkan tidak memiliki ponsel pintar?”

Pertanyaan ini menyentil realitas yang tak bisa diabaikan. Banyak pelaku seni tradisional di pedalaman, yang hidup jauh dari akses digital. Mereka adalah penjaga akar budaya, namun nyaris tak tersentuh teknologi.

Data yang Terlupakan Mengapa Harus Isi Ulang?

Kritik lain yang tak kalah penting adalah soal redundansi data. Selama bertahun-tahun, Dinas Kebudayaan dan Dewan Kesenian di tingkat kabupaten/kota telah mengumpulkan data seniman melalui berbagai program, festival, dan pendataan rutin.
Lalu, ke mana perginya data itu jika para seniman yang sudah terdaftar tetap diminta mengisi ulang Google Form?

Jika database sudah ada, seharusnya proses nominasi bisa berjalan otomatis atau melalui verifikasi lokal. Meminta mereka mengisi ulang justru berisiko mengabaikan seniman yang paling layak karena mereka tidak punya akses digital atau tidak tahu bahwa proses ini sedang berlangsung.

Format Awal Gagasan DKSS yang Menyentuh Akar

Anugerah Seni Batanghari Sembilan lahir dari gagasan Dewan Kesenian Sumatera Selatan (DKSS) diera Dr Zulkhairi Ali, Anugerah ini digagas sebagai bentuk apresiasi yang menyeluruh dan berakar. Format awalnya dirancang untuk:

– Menyentuh seluruh lapisan pelaku seni, dari maestro hingga pemula
– Melibatkan dewan kesenian kabupaten/kota sebagai kurator lokal
– Menyambangi komunitas seni secara langsung, bukan hanya lewat daring
– Menjadikan penghargaan sebagai ruang belajar, bukan sekadar seleksi

Gagasan ini menempatkan seniman sebagai subjek, bukan objek. Bukan hanya dinilai, tapi juga didengar. Bukan hanya dipilih, tapi juga dirangkul.

Jemput Bola Seni Harus Turun ke Tanah

Sudah saatnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumatera Selatan bersama DKSS menempuh langkah yang lebih inklusif. Alih-alih menunggu pendaftaran online, pendekatan “jemput bola” ke komunitas seni lokal, sanggar, dan desa adat akan jauh lebih berkeadilan.

“Seni tidak boleh eksklusif hanya untuk yang melek digital. Penghargaan pun harus turun ke tanah, ke panggung kecil di kampung, ke rumah-rumah bambu tempat lagu dan gerak lahir dari hati.”

Menyemai Apresiasi, Menuai Inspirasi

Anugerah Seni Batanghari Sembilan sejatinya bukan hanya soal siapa yang terpilih, tetapi bagaimana penghargaan ini mampu menyemai rasa apresiasi dan memupuk inspirasi di seluruh penjuru Sumatera Selatan.

Di balik setiap karya seni, tersimpan kisah perjuangan dan ketulusan. Tangan-tangan yang memahat kayu dan batu, suara penembang Irama Batanghari Sembilan yang tak pernah padam, langkah penari yang menjaga gerak leluhur mereka semua adalah denyut kehidupan yang meneguhkan identitas daerah.

Ketika seni dihargai, bukan hanya seniman yang bersinar, tetapi juga jiwa sebuah daerah yang ikut hidup. Karena sejatinya, apresiasi pada seni adalah bentuk cinta paling tulus pada kebudayaan itu sendiri.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini