LogikaIndonesia.com — Setiap tanggal 28 Oktober, Indonesia seolah berhenti sejenak untuk menengok ke belakang ke satu titik terang dalam sejarah panjang perjuangan bangsa. Di tahun 1928, para pemuda dari berbagai penjuru nusantara berkumpul, bukan untuk merayakan perbedaan, melainkan untuk menyatukannya. Mereka mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia. Ikrar itu bukan sekadar seremonial, melainkan nyala api yang membakar semangat kolektif menuju kemerdekaan.
Kini, hampir seabad kemudian, gema Sumpah Pemuda masih menggema. Bukan hanya di aula sekolah atau lapangan upacara, tetapi dalam denyut nadi generasi muda yang tersebar dari Sabang hingga Merauke termasuk di Sumatera Selatan, tanah yang telah melahirkan banyak tokoh perjuangan dan pemikir besar. Di sinilah, api itu kembali dinyalakan, bukan untuk nostalgia, tetapi untuk menyalakan obor masa depan.
Mewarisi Api, Bukan Abu
Bagi pemuda Sumatera Selatan, memperingati Sumpah Pemuda bukanlah sekadar mengenang masa lalu. Ini adalah panggilan untuk menyala kembali. Seperti kata pepatah, “Kita mewarisi api, bukan abu.” Artinya, semangat yang dulu menyatukan bangsa di tengah keberagaman harus terus dijaga dan dikobarkan, bukan disimpan dalam museum sejarah.
Jika dulu persatuan dimaknai sebagai senjata melawan penjajahan, hari ini ia harus diterjemahkan dalam bentuk baru: melawan kemiskinan, kebodohan, dan perpecahan sosial. Tantangan zaman telah berubah. Kita tidak lagi berhadapan dengan kolonialisme bersenjata, tetapi dengan arus globalisasi yang deras, disinformasi yang merajalela, dan ketimpangan sosial yang menganga. Di sinilah peran pemuda menjadi krusial sebagai penjaga nilai, penggerak perubahan, dan penentu arah bangsa.
Dari Cadika, Suara Kebangkitan Bergema
Di Bumi Perkemahan Cadika Palembang 27 sampai 28 Oktober 2025, semangat itu kembali disuarakan dalam kegiatan Kemah Kebangsaan. Di tengah tenda-tenda yang berdiri tegak dan obor yang menyala, para peserta diajak untuk tidak hanya mengenang, tetapi juga membangun. Mereka berdiskusi, belajar, dan berinovasi menyadari bahwa cinta tanah air bukanlah slogan kosong, melainkan tindakan nyata yang berakar dari kerja keras dan kontribusi positif.
“Mari kita belajar, berinovasi, dan berkarya untuk Sumatera Selatan yang lebih baik,” seru seorang fasilitator, disambut sorak semangat para peserta. Di sinilah terlihat bahwa semangat kebangsaan tidak pernah benar-benar padam. Ia hanya menunggu untuk disulut kembali oleh generasi yang berani bermimpi dan berani berjuang.
Menjadi Pemuda yang Berani Menang
Salah satu pesan yang paling menggugah dalam kegiatan tersebut adalah:
“Jadilah pemuda yang berani bermimpi, berani berjuang, dan berani menang.”
Pesan ini bukan sekadar motivasi, melainkan refleksi dari semangat para pemuda 1928 yang berani membayangkan Indonesia merdeka, meski saat itu kemerdekaan masih tampak mustahil. Kini, tantangan kita adalah memerdekakan diri dari ketertinggalan, dari pesimisme, dan dari ketergantungan. Kita harus membangun kepercayaan bahwa pemuda Sumatera Selatan mampu bersaing, memimpin, dan menginspirasi.
Dari Sumatera Selatan, Untuk Indonesia
Firdaus Hasbullah, SH, MH, Ketua Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) Sumatera Selatan, menegaskan bahwa semangat Sumpah Pemuda harus menjadi energi moral yang mendorong generasi muda untuk terus bergerak dan berbuat nyata.
“Pemuda hari ini bukan hanya pewaris sejarah, tetapi juga penentu masa depan. Kita harus hadir sebagai solusi, bukan sekadar simbol,” ujarnya.
Menurut Firdaus, introspeksi menjadi kunci. Apakah generasi muda hari ini masih memiliki idealisme seperti para pendahulunya? Atau justru terjebak dalam kenyamanan dan kepasrahan? PGK Sumatera Selatan, lanjutnya, berkomitmen mendorong gerakan lintas sektor dari pendidikan, budaya, hingga kewirausahaan agar pemuda tidak hanya menjadi penonton, tetapi pelaku utama perubahan.
Menjaga Nyala, Mewujudkan Cita
Sumpah Pemuda bukanlah milik masa lalu. Ia adalah warisan yang hidup, yang harus terus dijaga dan diwujudkan. Bangsa yang besar bukan hanya bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, tetapi juga yang mampu melanjutkan perjuangan mereka dengan karya, bukan sekadar kata.
Dari Sumatera Selatan, semangat itu terus menyala. Di tangan generasi muda yang cerdas, tangguh, dan berintegritas, obor masa depan Indonesia terus dijaga. Karena sejatinya, setiap pemuda adalah penjaga api. Dan selama api itu menyala, harapan akan Indonesia yang lebih adil, maju, dan berdaulat akan terus hidup.
Selamat Hari Sumpah Pemuda. Mari kobarkan semangat persatuan—dari Sumatera Selatan, untuk Indonesia.







